Tahukah Anda bahwa Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember? Pada hari Konferensi Wanita ke-3 ini, konferensi pertama diadakan pada tanggal 22-25 Desember 1928, dua bulan setelah Sumpah Pemuda 2 di Yogyakarta. Bertempat di Gedung Joyodiplan di Katamso, Jenderal Jalambrigadie yang merupakan bagian dari area swapurak (virstenlanden) Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Pertemuan tersebut akan berlangsung dua bulan setelah pertemuan pemuda kedua dan sumpah pemuda di Batavia, Jakarta. Hal ini dilatarbelakangi oleh sebuah konferensi yang mempertemukan perempuan Indonesia untuk membahas perjuangan melawan kolonialisme. Inilah yang membedakan makna Hari Ibu di Indonesia dengan negara lain. Dengan kata lain, ini adalah momen bersejarah dalam perjuangan pembebasan perempuan di Indonesia. Perempuan dan laki-laki berada pada posisi yang sama dan tidak ada perbedaan. Karena setiap orang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak-anaknya
Drama hidup yang penuh misteri dan seketika bisa mengubah jalan hidup kita, adalah kematian. Setiap orang tidak bisa lari darinya, bahkan kita semua tahu kapan dan kematian menghampiri kita. Maka jadikanlah setiap kesempatan sekarang adalah sebuah anugerah yang besar dalam menapaki indahnya iman dan sucinya istiqomah dalam beramal saleh. Anak shaleh dan shalehah merupakan jembatan bagi orang tua menuju surga-Nya Allah. Merupakan cahaya bagi orang tua di dunia dan akhirat, serta anugrah terbesar bagi orang tua. Anak yang saleh akan menjadi saksi amal saleh orang tuanya di akhirat kelak. Bahkan anak yang shaleh dapat menolong orangtuanya untuk masuk surga.
Hidup diibaratkan seperti pohon, serindang apapun pohon pasti akan sirna. Inilah kehidupan yang kita alami, sehebat apapun kita, pasti akan sirna. Dunia akan menjadi indah, jika kita menggunakan waktu tersebut untuk selalu berbakti kepada orang tua. Berbakti pada orang tua adalah waktu yang abadi, kenapa disebut abadi? Karena waktu tersebut menjadi saksi amal shaleh kita dan tidak akan bisa tergantikan. Wajib bagi kita untuk selalu berbuat baik pada orang tua, terkhusus ibu. Karena perjuangan mereka, dari kita dikandung ibu, dilahirkan dan didik merupakan perjuangan yang sangat hebat bagi seorang wanita yang mulia yaitu ibu. Setiap proses membutuhkan perjuangan, begitu pula perjuangan seorang ibu yang rela berkorban dalam mengandung, kemudian menyusui anaknya. Semua pengorbanan yang dilakukan oleh seorang ibu saat mengandung kita, perlu kita jadikan sebagai motivasi, renungan untuk selalu berbakti kepada ibu kita. Hal ini tertera dalam surat Al Luqman ayat 14 tentang berbakti kepada orang tua.
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Yang artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Dalam Al Qur’an sendiri banyak ayat yang mengingatkan kita untuk selalu berbakti kepada orang tua, khusunya ibu. Birrul walidainnya seorang anak pada hakikatnya bukan untuk orang tua saja, tetapi juga untuk anak itu sendiri. Karena mustahil bagi anak, sekalipun membalas pengorbanan orang tua dalam bentuk apapun itu. Dalam HR. At Tabrani beliau berkata “ berbaktilah kepada orang tuamu, niscaya nak – anakmu akan berbakti kepadamu”. Selain itu ada perkataan Nabi bahwa, “ surga ada dibawah telapak kaki ibu “ yang artinya Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa dimasukkan (ke surga). Jelas sudah perintah Nabi untuk memuliakan orang tua, ibu. Banyak manfaat dibandingkan madharatnya untuk memuliakan ibu, tanpa harus pada tanggal 22 Desember yang diperingati sebagai hari ibu. Ibu, tidak membutuhkan kado spesial yang engkau berikan pada hari ibu, namun yang beliau butuhkan adalah kebaktianmu terhadap orang tua itu sudah dirasa cukup. Tanpa disadari, sebagian anak melupakan kodratnya untuk berbakti pada orang tua, khususnya ibu. Bahkan sekedar memberi kabarpun, dia tak sempat.
Ada banyak hadis Nabi yang menganjurkan kita untuk sellau patuh, hormat kepada ibu, karena surga dibawah telapak kaki ibu . Diceritakan “Bahwasanya ia (Mu’awiyah bin Jahimah) datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin berperang dan aku datang untuk meminta petunjukmu.’ Nabi SAW bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?’, ‘Iya’. ‘Menetaplah dengannya karena sungguh surga di bawah kedua kakinya.” (HR. Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ahmad, Ath-Thabrani). Hal ini jelas, begitu besar mulianya seorang ibu, sampai surgapun ada dibwah telapak kaki ibu. Dalam agama dijelaskan, ketika Rasul ditanya kepada siapa kita harus berbakti, maka jawabannya itu berturut-turut 3× ibumu, ibumu, ibumu, dan yang terakhir bapakmu. Ini menandakan posisi ibu lebih tinggi dari yang lainnya. Ketika dalam keluarga, seorang ibu memahami agama, maka posisi keluargapun akan semakin mulia. Namun seblaiknya, jika seorang ibu tidak memahami agama, bukan hanya agama yang runtuh, tapi negara pun akan ikut runtuh. Seorang ibu jika memahami, mengetaui, memiliki ilmu, maka pondasi keluarga akan semakin kuat. Itulah mengapa seorang ibu mempunyai possisi yang paling atas, yang paling mulia. Lantas, kapan kita akan berubah untuk selalu berbakti kepada orang tua, khususnya ibu? Bukankah Allah telah menjanjikan surga buatmu jika berbakti kepada ibu?
Author : Lailatul N Azizah
0 Komentar